Gallery

KPLP Terus Monitor Kapal Al-Rawdah

SEKUPANG- Kasi Keamanan Pelabuhan dan Patroli Kantor Pelabuhan (Kanpel) Batam, Agus Surahman mengatakan, dibutuhkan waktu satu bulan untuk mengevakuasi kapal kargo MV Al-Rawdah yang kandas di perairan Pulau Sambu, Batam. Saat ini, kata dia, pihak-pihak terkait terus berkoordinasi mengawasi keberadaan kapal naas tersebut.

Adapun proses evakuasi, kata Agus, rencananya akan dilakukan oleh pihak SMID Singapura. Saat ini, jajaran Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai (KPLP) Kanpel Batam terus melakukan pengawasan keberadaan kapal berbendera Majura Marsa Island dengan (Gross Tonnage) GT 75.579. Termasuk melakukan investigasi terkait kedalaman air dan penyebab terjadinya peristiwa itu.

“Kita terus pantau kapal tersebut dan sekaligus investigasi keberadaan air terkait pasang dan surut di perairan sekitar,” ujar Agus.

Kata Agus, dalam proses evakuasi, pihak owner kapal menyerahkan sepenuhnya kepada nahkoda (kapten). Dan saat ini nahkoda kapal sedang berkoordinasi dengan pihak SMID di Singapura, setelah ada kesepakatan maka keduanya akan berkoordinasi dengan otritas perairan. Karena berdaa di wilayah perairan Batam, maka akan berhubungan langsung dengan Kanpel Batam untuk proses evakuasinya.

Dalam teknisnya nanti, kata Agus, evakuasi kapal tersebut tergantung dari hasil survei dan investigasi. Apakah akan dikurangi bobot muatannya atau bisa saja langsung digeser.

“Memang harus hati-hati dalam pelaksanaan teknisnya, karena kapal tersebut berbobot besar dan bermuatan penuh kontainer jadi harus dengan tenaga ahli dan berpengalaman, sementara KPLP dan jajaran terkait lainnya mengawasi,” ujarnya.

“Bisa memakan waktu sampai satu bulan,” kata Agus mengakhiri.

Pantauan di lokasi, kapal Al-Rawda yang bertolak dari Port Klang tujuan layar Cina itu masih berada di posisi semula tempatnya pertama kandas.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kapal MV Al-Rawdah berbendera Majura Marsa Island itu kandas setelah menghantam terumbu karang di perairan Pulau Sambu, tepatnya di Malang Gading yang jaraknya hanya beberapa mil saja mendekati Outer Port Limit (OPL), Senin (20/6) sekitar pukul 02.30 WIB. Satu orang anak buah kapal (ABK) kapal kargo itu tewas dengan dugaan terkena serangan jantung.

Kapal dengan ratusan peti kemas di atasnya masih tersangkut di terumbu karang dengan posisi miring ke kanan. Bagian depan gelembung bawah tergores akibat gesekan dengan terumbu karang sehingga kapal tak bisa lagi bergerak.

Satu orang ABK Kapal Al-Rawdah yang meninggal diketahui bernama Irfan Ahmed. Pria berusia 60 tahun yang bertugas sebagai chief engineer itu informasinya meninggal akibat serangan jantung.

“Dia meninggal karena serangan jantung, memang sebelumnya sudah kurang baik kesehatannya,” ujar petugas di Pelabuhan Beton Sekupang yang menolak namanya dicatat.  “Tapi untuk lebih jelasnya bisa langsung tanyakan ke RSOB (Rumah Sakit Otorita Batam) di Sekupang,” sambungnya.

Menurut salah seorang ABK, Irfan sejak beberapa hari terakhir sering mengeluh sakit. Bahkan setelah bertolak dari Port Klang dalam perjalanan menuju Cina, sedianya almarhum akan menjalani pengobatan. “Sayangnya belum juga menjalani pengobatan atau medical, dia sudah meninggal dalam perjalanan,” ujar salah seorang ABK lain ketika dijumpai di RSOB.

Hingga Senin petang, jenazah Irfan Ahmed masih disimpan di kamar mayat RSOB, sambil menunggu proses pengurusan dokumen keimigrasian tuntas. Setelah itu jenazahnya akan diterbangkan ke negara asalnya melalui Bandar Udara (Bandara) Changi, Singapura.  (sumber Haluan Kepri)

Leave a comment